Thursday, March 5, 2015

Dua Sukhoi Melintas di Nusakambangan Dianggap Gertakan

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyapa wartawan seusai memberikan pembekalan kepada Barisan Serbaguna (Banser) Gerakan Pemuda (GP) Ansor di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (23/2). Panglima TNI Jenderal Moeldoko berharap sinergitas antara TNI dan Banser bisa berjalan dengan baik dan bila hal tersebut terwujud maka negara lain bakal berpikir dua kali dengan Indonesia. (Antara Foto/M Agung Rajasa)

Jakarta, CNN Indonesia -- Dua pesawat tempur Sukhoi milik TNI terlihat melintas di kawasan udara Nusakambangan, Cilacap. Enggan disebut berhubungan dengan tambahan pengamanan atas rencana eksekusi terpidana mati, Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan manuver di langit Nusakambangan hanyalah sebuah latihan.

"Itu (pesawat melintas) hanya untuk latihan saja kok," ujar Moeldoko singkat saat menghadiri rapat di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kamis (5/3). Moeldoko menambahkan masyarakat tak perlu menganggap serius perihal keberadaan pesawat Sukhoi tersebut.

Proses eksekusi mati terhadap sejumlah terpidana mati di Indonesia hingga kini tak kunjung dilakukan padahal hampir semua terpidananya sudah tiba di lokasi eksekusi, Nusakambangan. Yang terbaru, dua terpidana asal Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dipindahkan dari Lapas Krobokan di Bali, ke Nusa Kambangan.

Dalam pemindahan kedua terpidana tersebut, penjagaan yang dilakukan baik oleh satuan Polri ataupun TNI terlihat sangat ketat. Polri menurunkan 20 anggota Brimob untuk melakukan pendampingan, sedangkan TNI terlihat meluncurkan dua pesawat jenis Sukhoi di sekitaran Nusa Kambangan.

Moledoko, kembali menegaskan Sukhoi hadir bukan mengamankan jalannnya proses eksekusi. "Tak perlu serius-serius," katanya.

Sebelumnya TNI dan Polri diketahui telah mengerahkan puluhan personel Brimob dan dua jet tempur milik TNI Angkatan Udara untuk mengawal perpindahan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, dua terpidana mati kasus narkoba asal Australia.

Namun tambahan pengamanan tersebut dikritik oleh Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pertahanan Salim Said. Menurutnya tindakan pengamanan seperti sekarang terlalu berlebihan dilakukan TNI dan Polri.

"Tidak mungkin ada perang karena pelaksanaan eksekusi mati. Kalau sampai menggunakan dan melibatkan Sukhoi, itu terlalu berlebihan, seperti memprovokasi negara lain," kata Salim.

Sementara untuk tanggal pasti kapan eksekusi dilakukan, Moeldoko mengatakan hal tersebut sama sekali tak dibahas dalam rapat yang dia hadiri. "Belum," katanya.

Hingga saat ini, Kejaksaan Agung belum merilis secara resmi 10 terpidana mati yang akan dieksekusi dalam waktu dekat. Namun, Jaksa Agung HM Prasetyo sebelumnya mengungkapkan ada 11 nama terpidana yang bakal segera menghadapi regu tembak.

Mereka di antaranya adalah warga Filipina Mary Jane Fiesta Veloso, dua warga Australia Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, warga Perancis Serge Areski Atlaoui, warga asal Ghana Martin Anderson, warga Nigeria Raheem Agbaje Salami, warga Brasil Rodrigo Gularte, dan warga negara Indonesia Zainal Abidin. (pit)

0 comments :

Post a Comment